Denpasar, CNN Indonesia —
Suhu di Bali yang belakangan terasa lebih panas dibandingkan biasanya disebut terkait dengan musim kemarau, bukan akibat gelombang panas seperti yang melanda Asia Selatan.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya menerangkan suhu udara maksimal, berdasarkan empat pengamatan stasiun di Bali pada April 2023, berkisar antara 30,5 hingga 32,7 derajat celcius.
“Dan itu masih kategori normal. Suhu udara dikatakan ekstrem jika mengalami kenaikan tiga derajat celcius di atas rata- ratanya,” kata Wiryajaya, Selasa (25/4).
Ia menerangkan kondisi suhu udara di Bali dari data pengamatan terakhir masih normal dengan suhu minimal 23 derajat dan maksimal 34 derajat celcius.
Menurutnya, suhu panas yang terjadi di wilayah Bali lebih disebabkan karena wilayah Bali sudah memasuki musim kemarau.
“Cuaca panas dan gerah saat ini dipengaruhi oleh masa udara yang bergerak dari Benua Australia menuju Benua Asia yang melewati Indonesia. Kondisi masa udara yang berasal dari Benua Australia cenderung kering,” paparnya.
“Saat melewati Indonesia khususnya Bali, cenderung menghasilkan kondisi yang lebih panas dari biasanya,” imbuh dia.
Berdasarkan data BMKG, enam Zona Musim (ZoM) di Bali hingga 10 April sudah masuk musim kemarau.
Rinciannya, ZoM 417 (sebagian besar Jembrana), ZoM 424 (Buleleng bagian utara), ZoM 428 (Karangasem bagian timur), ZoM 434 (Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karangasem bagian selatan).
Selain itu, ZoM 435 (Badung bagian selatan, Gianyar bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Kota Denpasar), ZoM 436 (Nusa Penida).
BMKG juga menyebut dua ZoM terindikasi masuk musim kemarau, yakni ZoM 418 (Jembrana bagian barat, Buleleng bagian barat), dan ZoM 420 (Jembrana timur, Tabanan barat).
Langit cerah
Selain karena kemarau, Wiryajaya menyebut suhu panas itu turut disumbang oleh langit cerah dan tidak berawan. Faktor itu membuat radiasi Matahari tidak terhalang [awan] dan bisa masuk ke permukaan Bumi.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan pelindung agar tidak terpapar langsung sinar matahari seperti tabir surya, topi, payung, jaket saat melakukan aktivitas diluar ruangan.
“Dan mengonsumsi air mineral dan diimbangi dengan buah dan sayuran. Menggunakan pakaian yang longgar dengan bahan yang mudah menyerap keringat,” ujarnya.
Seperti diketahui, gelombang panas menghantam beberapa negara di Asia, paling parah terjadi di negara-negara Asia Selatan, selama sepekan terakhir.
Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos melaporkan peningkatan suhu panas lebih dari 40 derajat Celsius beberapa hari belakangan.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI, otoritas di China mencatat lebih dari 100 stasiun cuaca di China mencatat suhu tinggi sepanjang sejarah pengamatan pada April ini.
(kdf/arh)
Sumber: www.cnnindonesia.com