Apakah Hujan Bisa Menghilangkan Polusi Udara?

BMKG memprediksi cuaca ekstrem akan melanda sejumlah wilayah saat Natal dan tahun baru 2023.

Jakarta, CNN Indonesia

Para ahli mengungkap hujan bisa memberi pengaruh baik pada kualitas udara karena faktor muatan listrik pada titik-titik air. Simak penjelasannya berikut.

Berdasarkan situs pemantau kualitas udara IQAir, Jakarta, per Jumat (16/6) pukul 09.04 WIB, menempati peringkat pertama kualitas udara terburuk dunia.

Dengan angka PM2.5 mencapai 71.8 µg/m³ atau 14,4 kali standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan nilai total 159, udara Jakarta masuk kategori Tidak Sehat (Unhealthy).

Pada saat yang sama, hujan mengguyur deras ibu kota, dan juga beberapa kota lainnya meski fenomena El Nino sudah mulai muncul.

Poorna Khanna, peneliti Manajemen Lingkungan di platform pemantau polusi realtime AQI, menyebut hujan mestinya menurunkan polutan udara yang paling umum, seperti partikel, dan menjadikan kualitas udara lebih baik secara drastis.

Fenomena ini disebutnya sebagai pengendapan basah (wet deposition), atau dikenal juga dengan pembilasan presipitasi, rainout, penghapusan basah, atau penghanyutan.

“[Fenomena] ini adalah proses alami yang menghilangkan materi melalui hidrometeor atmosfer, seperti hujan, hujan es, dan salju. Dia mengirim dan menyimpan pencemar ke tanah,” jelas dia, dikutip dari situs AQI.

Namun demikian, IQAIR menyebut “hujan kurang efektif dalam mengencerkan PM2.5.”

Hujan hanya membantu untuk mencairkan polutan udara dengan konsentrasi tinggi alias kasar (PM10), seperti debu, kotoran, dan serbuk.

“Hujan dapat membantu PM10 mengendap di tanah lebih cepat daripada partikel halus yang lebih kecil (PM2.5).”

Seberapa efektif?

Ahli mengungkap efektivitas hujan menghapus polusi tak bisa dipukul rata. Ada beberapa hal yang mesti dipertimbangkan, termasuk ukuran butiran hujan dan muatan listrik.

Hal itu terungkap dalam studi tim ahli kimia atmosfer di Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang diterbitkan di jurnal Atmospheric Chemistry and Physics.

Penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai variabel seperti ketinggian awan, ukuran tetesan hujan, diameter dan konsentrasi aerosol (zat padat halus atau cairan yang tersebar di udara).

Para peneliti melakukan eksperimen di Grup MIT Collection Efficiency Chamber, yakni ruang kaca setinggi 3 kaki (sekitar 0,9 meter) yang bisa menghasilkan tetesan hujan dengan laju dan ukuran terkendali.

Saat tetesan jatuh melalui ruangan, peneliti memompa partikel aerosol, dan mengukur kapan tetesan hujan dan aerosol bergabung atau menggumpal.

Tim kemudian menghitung efisiensi koagulasi (penggumpalan) hujan, yakni kemampuan tetesan untuk menarik partikel saat jatuh.

Secara umum, para peneliti menemukan bahwa semakin kecil tetesan hujan, semakin besar kemungkinannya untuk menarik partikel. Kondisi kelembapan relatif yang rendah juga mendorong terjadinya koagulasi itu.

Kunci pada muatan listrik di halaman berikutnya…


Muatan Listrik di Air Jadi Kunci

BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Sumber: www.cnnindonesia.com