Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah orang diberkati dengan umur panjang hingga memecahkan rekor manusia tertua di dunia. Apa sebenarnya rahasia mereka?
Pada 4 Maret 2023, María Branyas Morera, manusia tertua di dunia versi Guinness World Records, tepat menginjak usia 116 tahun.
Perempuan yang lahir di San Francisco 1907 dan tinggal di sebuah panti jompo di Catalonia, Spanyol, itu resmi memimpin klasmen manusia tertua di dunia setelah kematian Suster André (née Lucile Randon), seorang biarawati Prancis yang hidup sampai usia 118 tahun.
Morera mengaitkan umur panjangnya dengan beberapa hal, mulai dari menikmati alam dan hubungan sosial yang baik hingga “menjauhi orang-orang yang toksik.”
Namun, faktor yang menurutnya paling berjasa pada umur panjangnya adalah “keberuntungan dan genetika yang baik.”
Branyas Morera adalah bagian dari supercentenarian, yang berarti seseorang yang berusia 110 tahun atau lebih. Manusia yang bisa memasuki kelompok ini tidak banyak.
Menurut New England Centenarian Study, di Jepang hanya sekitar 30 orang yang dapat mengklaim gelar ini, yang berarti hanya 1 dari 871.600 orang yang usia tersebut.
Sebagai perbandingan, 573.400 centenarian (orang yang berusia setidaknya 100 tahun) masih hidup di seluruh dunia pada 2021.
Supercentenarian cenderung memiliki kesamaan dalam beberapa faktor gaya hidup tertentu, yang dapat membantu manusia untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.
Namun, salah satu faktor yang berperan cukup penting dalam umur panjang adalah faktor genetik. Gen disebut sangat berperan dalam umur panjang.
Menurut Medline, sebuah layanan dari Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, anak-anak dan saudara kandung dari orang yang berusia 100 tahun cenderung hidup lebih lama daripada rata-rata.
Selain itu, sebuah studi pada 2016 di jurnal Aging menemukan bahwa gen yang terkait dengan fungsi kekebalan tubuh dan perbaikan sel lebih aktif pada orang-orang yang sangat tua ini.
Seperempat faktor genetik
Secara umum, para ilmuwan memperkirakan sekitar 25 persen dari rentang hidup ditentukan oleh faktor genetik.
Pada 2011, profesor genetika di Universitas Salerno di Italia Annibale Puca menemukan gen manusia yang disebut BPIFB4 yang berfungsi menghentikan penuaan kardiovaskular dan bahkan membalikkan beberapa aspek penuaan ketika dimasukkan ke dalam tikus.
Dalam sebuah makalah di jurnal Circulation Research 2015, Puca dan rekan-rekannya menjelaskan versi tertentu dari BPIFB4 berkaitan dengan umur panjang yang luar biasa pada orang berusia seratus tahun.
Mereka yang memiliki dua salinan varian gen tersebut memiliki lebih sedikit penyakit kardiovaskular, tekanan darah lebih rendah, dan lebih sedikit arteriosklerosis, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki dua salinan varian gen tersebut.
Puca memperkirakan hanya sekitar 10 persen manusia memiliki varian gen ini.
“Anda tidak akan hidup sampai usia 110 tahun kecuali jika Anda memiliki gen yang baik,” ujar Puca.
Terapi gen di halaman berikutnya…
Terapi Genetik
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sumber: www.cnnindonesia.com