Ahli Temukan Penyebab Pria 59 Tahun Idap Covid-19 400 Hari Lebih

Para ahli di Inggris menemukan penyebab seorang pria mengidap covid-19 hingga 400 hari lebih.

Jakarta, CNN Indonesia

Seorang pria di Inggris berusia 59 tahun diketahui mengidap covid-19 selama lebih dari 400 hari sebelum akhirnya sembuh. Para ahli pun menjelaskan penyebabnya.

Melansir Science Alert, para ahli yang dipimpin Luke Bagdon Snell dari Guy’s and St Thomas’ NHS Foundation Trust menginvestigasi kasus tersebut. Para ahli ingin mengetahui penyebab lamanya virus covid-19 bercokol di tubuh pria itu.

Lewat teknik sekuens genom, para ahli mengetahui, pria tersebut membawa virus generasi awal yang menyebar di Britania Raya pada waktu itu.

“Ketika kami melihat virus dalam tubuhnya, virus itu sudah ada seak waktu lama, jauh sebelum Omicron, jauh sebelum Delta, dan bahkan varian Alpha. Jadi, virus itu salah satu dari virus yang lebih tua, varian awal sebelum awal pandemi,” kata Snell.

Para ahli juga menilai, infeksi kronis virus covid-19 ini berbeda dari apa yang disebut long covid. Pada long covid, pengidap biasanya menderita campuran simptom setelah infeksi akut mereda.

Dalam laporannya, Snell bersama kolega menggunakan hasil sekuens genom untuk merancang perawatan bagi orang-orang dengan durasi covid-19 yang lama, termasuk pria berusia 59 tahun tersebut.

Teknik sekuens genom yang digunakan membuat Snell dan kolega mendapatkan hasil analisa dalam 24 jam. Alhasil, mereka dapat mengetahui kebutuhan pasien dan meresponnya secara cepat.

Mereka mengetahui, sistem imun pria tersebut melemah karena operasi transplantasi ginjal. Tubuhnya tidak bisa benar-benar membersihkan virus dan di saat yang sama tidak bisa menerima perawatan pencegahan karena menderita gejala ringan.

Pria tersebut lalu dites positif pada Februari 2021 dan kembali positif pada Januari 2022. Virusnya pun sama yakni varian B.1.177.18.

Selama waktu itu, beberapa mutasi terjadi dalam virus tersebut di tingkat yang sudah diduga sebelumnya pada virus SARS-CoV-2.

Pria itu lalu menerima perawatan kombinasi antibodi monoklonal yang pada akhirnya efektif menyembuhkannya, 411 hari setelah diagnosa pertama. Perawatan tersebut diberikan begitu para ahli mengetahui dia menderita infeksi kronis.

Kini Snell dan koleganya masih memantau beberapa pasien lain yang masih menjalani masa pemulihan. Menurut Snell dan koleganya, teknik sekuens genom bisa mengungkap varian Covid-19 yang menjangkiti para pasien.

Mereka dapat mengetahui, apakah virus tersebut merupakan infeksi kronis atau terpisah. Tak hanya itu, para ahli juga dapat mengetahui mutasi yang telah dicapai virus tersebut sehingga dapat menentukan perawatan yang tepat bagi para pasien.

“Beberapa orang dengan sistem imun yang lemah masih bisa berisiko terkena beberapa penyakit dan terinfeksi. Kami masih bekerja untuk mengerti cara terbaik melindungi dan merawat mereka,” kata Snell.

Mengutip Yahoo News dari Washington Post, teknik sekuens genom telah digunakan selama pandemi untuk mengidentifikasi varian baru dan subvarian seperti Omicron, yang pertama kali ditemukan pada November 2021 di selatan Afrika.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)






Sumber: www.cnnindonesia.com