Ahli BRIN Ungkap Trio Penantang El Nino, Bikin RI Masih Basah

BMKG dan BRIN memiliki beberapa perbedaan soal potensi badai dahsyat Jabodetabek hari ini, baik dari output maupun teknis datanya. Simak penjelasannya di sini.

Jakarta, CNN Indonesia

Tiga fenomena atmosfer dituding jadi biang utama hujan masih ramai di saat El Nino mulai muncul. Simak paparan ahli berikut.

Berdasarkan Iktisar Cuaca Harian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), distribusi awan konvektif pemicu hujan signifikan selama 24 jam terakhir, Senin (14/6).

Titik-titiknya ada di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara;

Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Padahal, sebelumnya dua fenomena suhu permukaan lautan yang memicu penurunan curah hujan global, El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD), mulai muncul.

Peneliti klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkapkan hujan yang masih banyak saat ini terutama dipicu oleh tiga gelombang atmosfer.

Yakni, Boreal Summer Intraseasonal Oscillation (BSISO-1), gelombang Kelvin, dan Rossby Equator.

Update cuaca: ibarat pasukan, 3 gelombang di atmosfer yaitu BKR (BSISO1-Kelvin-Rossby) tampak aktif & berkolaborasi melembapkan atmosfer dan menjalarkan awan hujan di barat Indonesia,” kicaunya di Twitter, Selasa (15/6).

Pasukan BKR ini menghadang pihak lawan (El Nino-IOD+) agar dampak kering meluas dapat dikurangi.”

Rossby Ekuator merupakan gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah khatulistiwa (20 Lintang Utara – 20 Lintang Selatan) dengan periode kurang dari 72 hari yang umumnya bisa bertahan 7-10 hari di Indonesia.

Gelombang Kelvin adalah gelombang atmosfer yang memiliki arah penjalaran ke arah timur dengan periode gelombang 2,5 hingga 20 hari.

Sementara, BSISO, yang diterjemahkan sebagai osilasi antarmusim di musim kemarau, memiliki siklus 30-60 hari. Fenomena ini umumnya aktif pada saat musim panas di belahan Bumi utara, khususnya di Asia, sehingga dinamakan Boreal Summer.

Erma melanjutkan kondisi atmosfer yang kembali lembap ini, terutama akibat hujan berpola memanjang atau squall-line, terjadi di banyak wilayah kecuali NTT.

hujan dg pola squall-line kini banyak terbentuk di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat. The power of BKR (BSISO-Kelvin-Rossby) againt El Nino!” cetus Erma.

Dia pun memprediksi IOD di Samudera Hindia gagal terbentuk meski El Nino masih menguat.

Akibatnya, IOD positif di Samudra Hindia mengalami pelemahan dan berpotensi gagal terbentuk. Di sisi lain, El Nino terus menguat hingga mendekati nilai +1C,” tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)





Sumber: www.cnnindonesia.com