Situasi satelit Starlink milik SpaceX di Ukraina disebut sedang membingungkan. Apa yang sebenarnya terjadi pada layanan satelit milik Elon Musk tersebut?
Starlink, konstelasi broadband SpaceX yang raksasa dan terus berkembang, telah menjadi bagian penting dari infrastruktur komunikasi Ukraina selama invasi Rusia yang sedang berlangsung.
Pejabat pemerintah Ukraina secara terbuka meminta terminal Starlink pada 26 Februari lalu, hanya dua hari setelah invasi Rusia dimulai. Terminal pertama tiba di negara itu pada 28 Februari.
Pada awal April, SpaceX dan Badan Pembangunan Internasional AS mengumumkan mereka telah bersama-sama mengirimkan sekitar lima ribu terminal Starlink ke Ukraina, dengan SpaceX secara langsung menyediakan lebih dari ribu di antaranya.
Menurut Bos SpaceX Elon Musk, jumlah tersebut telah berkembang pesat sejak saat itu, menjadi lebih dari 25 ribu.
Musk menyebut SpaceX membayar tagihan untuk sebagian besar terminal ini. Biayanya sendiri bisa dibilang cukup besar.
Perusahaan saat ini mengenakan biaya US$110 (Rp1,7 juta) per bulan untuk layanan Starlink per terminal, ditambah biaya perangkat keras satu kali awal sebesar US$599. Harga tersebut untuk layanan standar. Sedangkan opsi khusus seperti Starlink Maritime bahkan lebih mahal.
Di sinilah kebingungan mulai muncul. Ada banyak wacana yang beredar di Twitter dan di media selama beberapa hari terakhir tentang komitmen SpaceX di Ukraina dan kesediaan perusahaan ini untuk membayarnya.
Misalnya, pada 14 Oktober, CNN melaporkan SpaceX telah meminta militer AS untuk mulai membayar penggunaan Starlink oleh pemerintah Ukraina.
“Kami tidak dalam posisi untuk lebih lanjut menyumbangkan terminal ke Ukraina, atau mendanai terminal yang ada untuk jangka waktu yang tidak terbatas,” tulis direktur penjualan pemerintah SpaceX kepada Pentagon pada September.
CNN juga melaporkan bahwa SpaceX mengklaim biaya Starlink di Ukraina dapat melebihi US$120 juta untuk sisa tahun 2022 dan hampir US$400 juta selama 12 bulan ke depan.
Namun, hanya berselang sehari, Musk secara terbuka menarik kembali permintaan pembayaran tersebut.
“Persetan dengan itu … meskipun Starlink masih merugi & perusahaan lain mendapatkan miliaran dolar pembayar pajak, kami akan terus mendanai pemerintah Ukraina secara gratis,” tulis pengusaha miliarder itu di Twitter pada Minggu (16/10).
The hell with it … even though Starlink is still losing money & other companies are getting billions of taxpayer $, we’ll just keep funding Ukraine govt for free
— Elon Musk (@elonmusk) October 15, 2022
“SpaceX telah menarik permintaan pendanaannya,” tambahnya di tweet lain.
Musk telah memberikan rincian lebih lanjut di tweet lain pada pekan ini. Misalnya, ia mengklarifikasi bahwa SpaceX bukanlah satu-satunya di balik dukungan Starlink pada pemerintah Ukraina. Namun, Departemen Pertahanan AS bukan salah satu yang membantu SpaceX.
“Tidak ada uang dari DoD, tetapi beberapa negara, organisasi & individu lain membayar ~11k/25k terminal (terima kasih!),” tulis Musk, seperti dikutip dari Space.
Dalam tweet pada Selasa (18/10) itu Musk juga membagikan bahwa SpaceX kehilangan sekitar US$20 juta per bulan “karena layanan & biaya yang belum dibayar terkait dengan langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan untuk pertahanan cyberwar, tetapi kami akan terus melakukannya.”
Militer AS juga telah membebani SpaceX baru-baru ini. Sekretaris pers Departemen Pertahanan AS Pat Ryder mengkonfirmasi pada Selasa (18/10) bahwa Pentagon belum membayar SpaceX uang untuk layanan Starlink di Ukraina hingga saat ini.
“Apa yang mungkin dilakukan atau tidak dilakukan oleh perusahaan di salah satu bagian dunia tentu saja merupakan kewajiban perusahaan itu untuk memutuskan dan melakukannya,” kata Ryder.
Dia menekankan, bagaimanapun Pentagon telah membahas Starlink dengan SpaceX, serta “masalah yang lebih luas dalam menyediakan komunikasi satelit ke Ukraina.”
Di sisi lain, SpaceX dikabarkan akan segera mendapat bantuan pendanaan, salah satunya dari Ham Serunjogi, salah satu pendiri dan CEO aplikasi pembayaran lintas batas Chipper Cash.
[Gambas:Video CNN]
(lom/lth)
Sumber: www.cnnindonesia.com